Mau Kaya? Selamatkan Hutan!

entry image

Mau Kaya? Selamatkan Hutan!

Author: Admin Date published: 10 September 2023

Doni Monardo, dalam sebuah rapat "Dialog Pemulihan Ekosistem Hutan Aceh," dengan tegas melemparkan tagline ini: "Mau Kaya? Selamatkan Hutan!" Tagline tersebut menggenapi semangat kelestarian alam yang dipegangnya, yang diwujudkan dalam moto sebelumnya, yaitu "Kita Jaga Alam, Alam Jaga Kita." Rapat tersebut berlangsung pada 26 Juli 2022, di Gedung PPAD, Matraman, Jakarta Pusat, bersama Forkopimda Nanggroe Aceh Darussalam.

Sebelum Doni Monardo berbicara, Mayjen TNI Purn Wiyarto selaku Kabid Ekonomi PPAD meminta arahan dari Wali Nanggroe Aceh Darussalam, Malik Mahmud Al Haythar. Malik Mahmud, yang juga dikenal sebagai Paduka Yang Mulia Al Mukarram Maulana Al Mudabbir Al Malik, merupakan seorang yang memiliki peran penting dalam pelestarian hutan di Aceh.

Rapat ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan termasuk Pangdam Iskandar Muda, Kesbangpol Provinsi Aceh, para bupati dan pejabat bupati dari berbagai daerah di Aceh, asosiasi pengusaha hutan Indonesia, serta berbagai organisasi lingkungan seperti PT Saman Seudati Lestari, Forum Konservasi Leuser, dan Yayasan HaKa. Semua pihak hadir dengan satu tujuan bersama: menyelamatkan hutan Aceh, yang juga dikenal sebagai "Serambi Mekah."

Malik Mahmud Al Haythar, dalam pidatonya, menggarisbawahi pentingnya kearifan lokal dalam menjaga lingkungan, yang telah terkikis seiring berjalannya waktu. Ia menggambarkan bagaimana Aceh memiliki tradisi kearifan lokal dalam menjaga alam, termasuk panglima hutan yang memiliki ilmu batin untuk menjinakkan satwa liar. Malik Mahmud mengakui bahwa nilai-nilai ini harus dihidupkan kembali, dan melestarikan hutan merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya tersebut.

Sejarah mencatat bahwa Belanda, saat berusaha untuk menguasai Aceh, juga mengakui pentingnya menjaga hutan Aceh. Strategi yang diajukan oleh Dr. Christiaan Snouck Hurgronje, seorang ahli yang menyamar selama dua tahun di pedalaman Aceh, mencakup komitmen untuk menjaga hutan Aceh. Ini menunjukkan bahwa komitmen untuk menjaga hutan bukan hanya nilai kearifan lokal, tetapi juga nilai yang ditempel kuat oleh pemerintah penjajah.

Namun, sayangnya, seiring berjalannya waktu, perusakan alam terjadi. Malik Mahmud Al Haythar mencatat adanya illegal logging, pembunuhan satwa, dan perusakan ekosistem. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya ekosistem dan pengaruh dari pihak luar yang membeli barang-barang hasil perburuan liar.

Salah satu dampak yang mencolok adalah masuknya gajah ke permukiman warga, bukan karena kesalahan gajahnya, tetapi karena rusaknya ekosistem hutan. Hutan memberikan jalur bagi satwa-satwa liar seperti gajah untuk mencari makan. Namun, ketika hutan dirusak, jalur ini terputus, dan ini berdampak buruk pada lahan perkebunan masyarakat.

Menurut Malik Mahmud Al Haythar, kita tidak punya pilihan lain selain menyelamatkan hutan Aceh. Keadaan ini semakin mendesak mengingat beberapa negara lain juga mengalami deforestasi yang serius. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya untuk mengobati "luka" di hutan Aceh dengan menghidupkannya kembali melalui reforestasi.

Doni Monardo, Ketua Umum PPAD, juga berbicara dalam rapat ini dan memulai dengan menceritakan kisah hidupnya di Aceh selama 12 tahun. Ia menegaskan bahwa semua komponen bangsa harus terlibat dalam upaya pelestarian alam. Doni Monardo menyampaikan paradigma baru yang sangat penting, yaitu mengubah pemikiran lama "tebang hutan, jual kayu" menjadi "selamatkan hutan, tanam pohon" sebagai kunci untuk mencapai kekayaan.

Doni Monardo juga memperkenalkan konsep bisnis karbon sebagai solusi untuk mendukung pelestarian hutan Aceh. Potensi ekonomi dari kompensasi karbon ini bisa mencapai Rp 7 triliun. Ia juga mencatat bahwa Aceh perlu menjaga hutan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, terutama mengingat dana Otsus Aceh akan dikurangi setiap tahun menuju kemandirian APBD.

Doni Monardo berharap Dinas Lingkungan Hidup (LH) akan merancang strategi ke depan dan berkoordinasi dengan Menteri KLH, Wali Nanggroe, dan Gubernur untuk menyelamatkan hutan Aceh. Ia juga mengingatkan pentingnya dukungan dari tokoh agama, masyarakat, budayawan, dan elemen masyarakat lain dalam upaya ini.

Hutan Aceh, yang memiliki kekayaan satwa liar seperti badak, harimau, gajah, dan orangutan, harus dipelihara dengan sungguh-sungguh. Upaya untuk menyelamatkan hutan ini adalah sebuah tugas yang mendesak, mengingat kerusakan hutan Aceh yang semakin memprihatinkan dan sering kali diikuti oleh bencana banjir dan longsor.

Pangdam Iskandar Muda, Mayjen TNI Mohamad Hasan, juga memberikan dukungan penuh terhadap program pelestarian alam ini. Ia menekankan bahwa menjaga alam, termasuk hutan dan sungai, adalah kunci untuk mencegah bencana. Selain itu, ia juga mengakui pentingnya bisnis karbon sebagai peluang ekonomi yang bisa membantu pelestarian hutan Aceh.

Program "Mau Kaya? Selamatkan Hutan!" yang digagas Doni Monardo adalah sebuah inisiatif yang sangat penting untuk menjaga kelestarian hutan Aceh dan melindungi satwa liar yang ada di sana. Paradigma baru ini mengajarkan kita bahwa pelestarian alam adalah kunci menuju kekayaan yang berkelanjutan, dan melalui bisnis karbon, kita dapat mencapai potensi ekonomi yang besar sambil menjaga lingkungan. Dengan dukungan semua pihak, Aceh memiliki harapan untuk mengatasi tantangan lingkungan yang ada dan melindungi hutan yang begitu berharga.

*Artikel adalah hasil saduran dari Investor.ID, dan beberapa sumber lainnya. 


share this article
image
image
Starting Invest in Aceh

These investment incentives and scheme is specifically designed to encourage potential investors and thus reap the positive effects of foreign direct investments (FDI).

Contact Us